Anda pusing menghadapi anak Anda yang sangat suka membantah. Setiap Anda bicara, selalu saja ada bantahan-bantahan darinya yang membuat Anda menjadi semakin marah dan sering kali tak tahan untuk tidak memukul. Anda tentu bertanya-tanya: mengapa anakku suka membantah?
Sebenarnya, tidak selamanya sifat suka membantah ini berasal dari kesalahannya semata, melainkan ada andil orangtua di dalamnya. Anak-anak hanya akan membantah orangtua yang terlalu banyak memaksakan kehendaknya sendiri alias otoriter, cerewet, terlalu banyak mengatur tanpa memberi anak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan pikirannya, juga orangtua yang ingin menang sendiri.
Mari kita koreksi diri kita sendiri sebagai orangtua: apakah ketika anak-anak melakukan kesalahan, kita memberikannya nasehat panjang lebar dengan memberikan argument-argumen dan logika-logika orang dewasa? Apakah kita menuntut anak-anak untuk melakukan apa yang kita inginkan? Apakah kita sudah memberinya kesempatan untuk bicara dan mengemukakan keinginan dan cita-citanya sendiri?
Sering kali kita melalaikannya bukan?
Anak-anak butuh dihargai perasaan-perasaannya, dimengerti dan dipahami pendapat-pendapatnya, dan dibesarkan hatinya. Kebutuhan ini sangat urgen pada masa kanak-kanak. Sebagai orangtua kita tidak boleh memperlakukan anak-anak sebagaimana kita memperlakukan orang dewasa. Cara penanganan anak-anak haruslah menggunakan cara “anak-anak”, bukan cara “orang dewasa”.
Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan ketika anak-anak mulai membantah dan menolak melakukan apa yang kita minta:
Pertama, beri dia kesempatan untuk bicara. Perhatikan apa yang disampaikannya, lalu berikan pengertian dengan lembut. Misalnya, adzan sudah berkumandang, namun ia tetap bertahan di depan game komputernya. Anda menegurnya untuk segera berwudhu dan pergi ke masjid. Anak Anda membantah dan menolak untuk bergegas ke masjid. Sebagian besar kita tentunya akan marah dan emosi, serta mengatakan : “kamu nggak dengar mama bilang apa tadi?!”. Coba bicaralah dengan lemah lembut tanpa nada marah kepadanya : “Sayangku, Allah sudah memanggil. Anak sholeh tentu ingin dapat pahala, kan? Ke masjid dulu, yuk! Gamenya kita lanjutkan lagi nanti…”
Kedua, jika ia tetap ngotot untuk membantah, maka berikanlah pilihan yang tidak disukainya. Misalnya, “Wah, ternyata game lebih penting ya, daripada panggilan Allah untuk sholat? Ya sudah, sekarang pilih deh, mau ke masjid, atau mama cabut kabel komputernya?”. Jangan sekali-kali memperturutkan anak dengan kemauan-kemauannya atau memberikan pilihan-pilihan yang disukainya. Mengapa? Karena anak bandel paling tidak suka diatur-atur. Dengan memberinya pilihan yang tidak disukainya, ia akan berusaha untuk tidak membantah Anda karena ia tidak ingin melakukan atau mendapatkan apa yang tidak disukainya.
Ketiga, konsisten dan berikan pilihan yang paling tidak enak yang tidak disukainya jika ia tetap membantah Anda. Ingat, jangan ulangi pilihan yang sama. Misalnya, jika ia tidak takut jika kabel komputernya Anda cabut, Anda harus konsisten dengan apa yang Anda katakan tadi. Dengan kata lain, benar-benar mencabut kabel tersebut. Jika Anda tidak melaksanakan apa yang Anda ucapkan, dia akan menganggap Anda remeh. Jika ia berusaha untuk menyambungkan kembali kabel yang Anda cabut, maka berikan pilihan: “Oke, terakhir, silakan pilih: pergi sholat dan mama masih memberimu kesempatan untuk bermain game setelahnya, atau mulai hari ini tidak ada game komputer lagi. Mama akan menjualnya dan tidak akan pernah mau membeli komputer lagi.”
Pada awalnya, anak-anak pastilah akan menggerutu. Tapi, selanjutnya, ia akan menentukan pilihan-pilihan yang terbaik baginya tanpa harus memilih sesuatu yang tidak enak karena membantah Anda.
Selain langkah-langkah tersebut, Anda pun harus mulai merubah pola mendidik anak yang selama ini Anda berlakukan. Ajari anak Anda untuk mau berpikir ke depan dan berlatih mandiri. Bagaimana caranya?
Jangan terlalu mendiktenya. Berikan pilihan-pilihan, selama hal itu memungkinkan. Dengan memberinya kesempatan untuk memilih, Anda berarti telah membantunya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dan berlatih mandiri. Anda juga telah membuatnya merasa dihargai. Dengan demikian, sikap-sikapnya yang suka membantah dan membangkang akan berangsur-angsur berkurang dan akan hilang jika dibiasakan seperti ini.
Berikan motivasi dan dukungan saat ia melakukan sebuah kebaikan atau berlaku sopan. Dengan demikian, ia akan berusaha untuk selalu tampil baik dan melakukan kebaikan-kebaikan yang lain.
Jangan menakut-nakuti anak dengan akibat buruk kecuali jika diperlukan. Sebab, setiap anak terdorong untuk mengetahui segalanya dan ingin mencoba segala sesuatunya. Maka berikanlah ia kesempatan untuk mencoba dan memacu kreativitasnya sendiri, sehingga akhirnya ia belajar sendiri akibat baik dan buruknya tentang segala sesuatu, juga terbiasa untuk berfikir panjang sebelum melakukan sesuatu.
Jika merasa perlu untuk menakut-nakuti anak dengan akibat buruk dari sebuah kejelekan, maka sampaikanlah dengan bahasa yang santun, nada kasihan, dan bukan dengan nada marah. Agar ia tergerak untuk meninggalkan sesuatu bukan karena jengkel pada Anda.
Latihlah anak-anak untuk bertanggungjawab terhadap apa yang telah ia lakukan. Misalnya, Anda merasa perlu untuk menghukumnya, maka jangan ragu-ragu menghukumnya dengan setimpal atas dasar cinta kasih.
http://pondokibu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar