السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Rabu, 14 April 2010

Program pendidikan

PROGRAM PENDIDIKAN
  • Belajar membaca Al Qur’an, Tahfidzul Qur’an
  • Shalat Wajib, hafalan hadits, dan doa sehari-hari
  • Makan bersama, pengenalan komunikasi (bahasa Inggris, Indonesia dan Arab) dan ilmu terapan dasar, matematika dan sains
Read More..

Pendaftaran

PENDAFTARAN
GELOMBANG I
  • Pendaftaran : 2 April s/d 24 April 2010
  • Seleksi : 24 April 2010
  • Pengumuman : 1 Mei 2010
GELOMBANG II
  • Pendaftaran : 3 Mei s/d 15 Mei 2010
  • Seleksi : 15 Mei 2010
  • Pengumuman :22 Mei 2010
( Pendaftaran akan ditutup sewaktu-waktu apabila kapasitas siswa telah terpenuhi )
SYARAT PENDAFTARAN
  • KBIT umur min. 2,8 th – 3,5 th TKIT umur min. 4 th
  • Biaya pendaftaran Rp. 30.000,-
  • Mengisi Formulir Pendaftaran
  • Fotocopy Akte Kelahiran
  • Lulus seleksi
Read More..

Profil TKIT

Kita sadari bersama bahwa anak-anak aset terbesar yang menjadi investasi besar di dunia dan akherat. Namun dalam proses perkembangan dan pertumbuhannya memerlukan pengarahan dan bimbingan agar kelak menjadi generasi yang tangguh dalam segala bidang kehidupan.

Proses pembentukan generasi islam inilah yang menjadi tanggungjawab kita bersama, baik orang tua, lembaga pendidikan, dan masyarakat yang semuanya saling terkait.
Untuk itulah KBIT-TKIT Al Falaah sambi hadir sebagai salah satu alternatif lembaga pendidikan islam yang mengarahkan putra putri kita, agar menjadi generasi shaleh shalehah. Dengan mengedepankan IPTEK dan life skill yang berlandaskan IMTAQ mewujudkan pendidikan yang berbasis islam dengan wawasan yang luas dan global.

VISI
Terbentuknya generasi yag soleh, cerdas, dan bertaqwa kepada Allah Ta’ala dan berakhlaq mulia yang di bekali ilmu pengetahuan dan tehnologi yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah menurut pemahaman salafush sholeh

MISI
  1. Menyiapkan generasi yang tidak hanya unggul dalam prestasi, cerdas, dan mandiri, namunjuga soleh dan berbudi pekerti
  2. Membangun anak didik yang memiliki kecerdasan spiritual dan sosial sebagai persiapan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi
  3. Mewujudksn psrsdigms belajar berwawasan ilmu pengetahuan dengan Al Qur’an dan As Sunnah sebagai rujukan pendekatan individu dalam suasana yang nyaman dan menyenangkan
  4. Berkomitmen untuk menjaga kepercayaan yang diberikan orang tua dan pihak lain secara bersungguh-sungguh dan bertanggungjawab

KURIKULUM
Kurikulum KBIT-TKIT Al Falaah Sambi merupakan perpaduan kurikulum Pendidikan Nasional (DIKNAS) berbasis kompetensi dengan keislaman (DEPAG dan Pesantren) yang selalu mengedepankan nilai-nilai syar’i Read More..

BERMAIN TUMBUHKAN POTENSI ANAK


Mengembangkan potensi anak bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Permainan adalah salah satunya, yang justru kerap disepelekan orang tua. Padahal bermain selain memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan juga dapat mengembangkan kreativitas anak akan nilai, sikap, toleransi, serta pemahaman.

Tiga tahun pertama merupakan periode emas perkembangan otak anak. Pada masa itu, ia membutuhkan banyak stimulasi. Semakin banyak stimulasi yang diberikan, maka hubungan koneksi antar saraf akan semakin banyak. Artinya, anak akan semakin cerdas. Salah satu bentuk stimulasinya adalah mainan.

Bermain merupakan cara untuk mengeskpresikan perasaan dan emosi yang lebih cepat dibandingkan menyampaikan ekspresi secara verbal.

Pentingnya Bermain
Fungsi bermain bagi anak adalah inti dari proses pembelajaran. Melalui bermain anak bisa membangun pemahaman dan pengetahuan. Dengan kegiatan bermain yang positif, anak dapat melatih perkembangan otak dan motorik seperti melatih menggunakan otot tubuhnya dan menstimulasi penginderaannya.

Bermain menjadikan anak mampu menjelajahi dunia sekitarnya, mengenali lingkungan tempat ia tinggal termasuk mengenali diri sendiri. Sehingga kemampuan fisik anak semakin terlatih, begitu pula kemampuan kognitif dan kemampuannya untuk bersosialiasasi.

Setiap anak juga dapat mengembangkan ketrampilan emosinya, rasa percaya diri pada orang lain, kemandirian, dan keberanian untuk berinisiatif. Jadi kegiatan bermain merupakan sarana melatih ketrampilan yang dibutuhkan anak untuk menjadi individual yang kompeten yang membuat anak menyadari kemampuan dan kelebihannya.

5 Unsur Permainan
Belajar yang menyenangkan bagi anak harus diikuti dengan unsur-unsur permainan. menurut Hughes, seorang ahli perkembangan anak dalam bukunya Children, Play, and Development harus ada 5 unsur dalam kegiatan yang disebut bermain.

Pertama, tujuan bermain adalah permainan itu sendiri dan si pelaku mendapatkan kepuasan karena melakukannya (tanpa target), bukan untuk misalnya mendapatkan penghargaan dan uang.

Kedua, permainan dipilih secara bebas. Anak bebas memilih permainan apa yang hendak dimainkannya. Jadi, permainan dipilih sendiri, dilakukan atas kehendak sendiri dan tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa.

Ketiga, haruslah menyenangkan anak yang bersangkutan dan dapat dinikmatinya.

Keempat, adanya unsur imajinasi atau khayalan dalam kegiatan bermain.

Kelima, dilakukan secara aktif dan sadar. Anak harus terlibat secara aktif dalam permainan yang dimainkannya.

Ciri-ciri Mainan Edukatif
1. Dibuat untuk merangsang kemampuan dasar pada balita
2. Memiliki banyak fungsi. Artinya, ada beberapa variasi mainan di dalam satu mainan sehingga stimulasi yang diperoleh anak pun beragam
3. Mendorong kemampuan pemecahan masalah. Contohnya mainan bongkar pasang atau puzzle
4. Melatih ketelitian dan ketekunan anak. Tak sekadar menikmati, tetapi si kecil juga dituntut ketelitiannya saat memainkannya
5. Melatih konsep dasar. Artinya, si anak bisa mengenal dan mengembangkan kemampuan dasar seperti bentuk, warna, tekstur, besaran. Selain itu, mainan edukatif mampu melatih kerja saraf motorik halus
6. Merangsang kreativitas anak. Anak-anak semakin kreatif melalui variasi mainan yang dilakukan

Dengan bermain, anak-anak akan mengalami konsep untuk hidup secara langsung seperti bagaimana rasanya menang atau kalah. Maka, konsep tersebut akan lebih meresap dalam diri mereka secara lebih dalam, daripada bila konsep tersebut hanya disampaikan secara lisan.
Read More..

DAMPAK PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP AKADEMI ANAK


Saat ini mulai marak dibicarakan mengenai pendidikan karakter. Tetapi yang masih umum diterapkan mengenai pendidikan karakter ini masih pada taraf jenjang pendidikan pra sekolah (taman bermain dan taman kanak-kanak). sementara pada jenjang sekolah dasar dan seterusnya masih sangat-sangat jarang sekali.

kurikulum pendidikan di Indonesia masih belum menyentuh aspek karakter ini, meskipun ada pelajaran pancasila, kewarganegaraan dan semisalnya, tapi itu masih sebatas teori dan tidak dalam tataran aplikatif. Padahal jika Indonesia ingin memperbaiki mutu SDM dan segera bangkit dari ketinggalannya, maka indonesia harus merombak istem pendidikan yang ada saat ini.

Mungkin banyak yang bertanya-tanya sebenarnya apa sih dampak pendidikan karakter terhadap keberhasilan akademik? Beberapa penelitian bermunculan untuk menjawab pertanyaan ini. Ringkasan dari beberapa penemuan penting mengenai hal ini diterbitkan oleh sebuah buletin, Character Educator, yang diterbitkan oleh Character Education Partnership. Dalam buletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter.


Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukan penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.

Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Sebuah buku yang baru terbit berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ).

Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya. Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah di dalam keluarga. Kalau seorang anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya. Namun banyak orang tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter. Selain itu Daniel Goleman juga mengatakan bahwa banyak orang tua yang gagal dalam mendidik karakter anak-anaknya entah karena kesibukan atau karena lebih mementingkan aspek kognitif anak. Namun ini semua dapat dikoreksi dengan memberikan pendidikan karakter di sekolah. Namun masalahnya, kebijakan pendidikan di Indonesia juga lebih mementingkan aspek kecerdasan otak, dan hanya baru-baru ini saja pentingnya pendidikan budi pekerti menjadi bahan pembicaraan ramai. Ada yang mengatakan bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia dibuat hanya cocok untuk diberikan pada 10-20 persen otak-otak terbaik. Artinya sebagian besar anak sekolah (80-90 persen) tidak dapat mengikuti kurikulum pelajaran di sekolah. Akibatnya sejak usia dini, sebagian besar anak-anak akan merasa “bodoh” karena kesulitan menyesuaikan dengan kurikulum yang ada. Ditambah lagi dengan adanya sistem ranking yang telah “memvonis” anak-anak yang tidak masuk “10 besar”, sebagai anak yang kurang pandai. Sistem seperti ini tentunya berpengaruh negatif terhadap usaha membangun karakter, dimana sejak dini anak-anak justru sudah “dibunuh” rasa percaya dirinya. Rasa tidak mampu yang berkepanjangan yang akan membentuk pribadi yang tidak percaya diri, akan menimbulkan stress berkepanjangan.

Pada usia remaja biasanya keadaan ini akan mendorong remaja berperilaku negatif. Maka, tidak heran kalau kita lihat perilaku remaja kita yang senang tawuran, terlibat kriminalitas, putus sekolah, dan menurunnya mutu lulusan SMP dan SMU. Jadi, pendidikan karakter atau budi pekerti plus adalah suatu yang urgent untuk dilakukan. Kalau kita peduli untuk meningkatkan mutu lulusan SD, SMP dan SMU, maka tanpa pendidikan karakter adalah usaha yang sia-sia. Kami ingin mengutip kata-kata bijak dari pemikir besar dunia. Mahatma Gandhi memperingatkan tentang salah satu tujuh dosa fatal, yaitu “education without character”(pendidikan tanpa karakter). Dr. Martin Luther King juga pernah berkata: “Intelligence plus character….that is the goal of true education” (Kecerdasan plus karakter….itu adalah tujuan akhir dari pendidikan sebenarnya). Juga Theodore Roosevelt yang mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat)..


Read More..

Selasa, 13 April 2010

BAGAIMANA AGAR ANAK PEMBERANI


Keberanian adalah salah satu syarat menjadi seorang pemimpin. Seorang anak yang pendiam belum tentu tidak mau melakukan hal-hal yang membutuhkan keberanian. Anak yang banyak bicara tidak selalu bersedia melakukan kegiatan-kegiatan yang menuntut keberanian. Keberanian seorang anak dapat ditumbuhkan sejak dini.

Pertama-tama yang perlu dilakukan seorang pendidik / orangtua untuk menumbuhkan keberanian pada diri seorang anak, adalah mencari tahu penyebab ketidakberaniannya. Apakah karena hal itu merupakan sesuatu yang sama sekali baru, sehingga ia sebenarnya hanya ragu dan butuh sekedar motivasi. Atau ketidakberanian yang timbul karena rasa percaya diri yang rendah.

Mungkin juga ada kejadian tertentu yang membuat trauma pada dirinya, atau hal lain. Pengetahuan pendidik / orangtua mengenai latar belakang ketidakberanian siswa akan membantu guru memberi treatmen yang lebih tepat.

Secara umum, ada kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan sifat berani pada diri seorang anak. Memberi kesempatan setiap anak untuk mau menjadi pemimpin pada kegiatan-kegiatan kelas, seperti; memimpin doa dan memimpin barisan . Anak-anak yang belum berani akan termotivasi dengan melihat temannya yang berani memimpin. Lambat laun mereka akan terbiasa memimpin tanpa malu atau takut lagi.

Di beberapa sekolah, ada sebuah kegiatan yang dikenal dengan istilah assembly yang dilakukan sepekan sekali. Kegiatan ini memberi kesempatan pada setiap anak untuk berana tampil di depan teman-teman dan guru. Mereka dapat menampilkan kemampuan yang mereka milki, seperti; bernyanyi, menari, berpuisi, atau menghapal seuatu. Biasanya di awal tahun ajaran penampilan berupa classperformance. Seluruh siswa di kelas tampil. Hal ini membuat anak-anak yang belum berani tampil seorang diri, tidak terlalu takut untuk tampil. Pertengahan semester, biasanya sudah ada beberapa anak yang berani tampil dengan beberapa orang teman saja atau bahkan sendiri. Keberanian pada setiap anak pun lambat laun tumbuh dan berkembang.

Outbound menjadi tren baru pada saat ini sebagai sebuah ajang menumbuhkan sikap berani pada diri anak. Aktivitas-aktivitas yang terdapat di kegiatan outbound ini merupakan aktifitas yang menantang dan membangkitkan adrenalin seorang anak. Sebut saja Flyng fox, yaitu meluncur dari ketinggian tertentu yang lebih dari tiga meter. Spider web, atau merayap di jaring laba-laba. Monkey bar, di mana anak berjalan meniti dengan tantangan di ketinggian tertentu atau terjatuh dilumpur yang kotor. Beberapa contoh aktifitas tersebut, dikemas dengan menarik Anak akan termotivasi mencoba tanpa terlalu khawatir akan terjatuh.

Read More..

MENGAPA ANAKKU SUKA MEMBANTAH

anak nakalAnda pusing menghadapi anak Anda yang sangat suka membantah. Setiap Anda bicara, selalu saja ada bantahan-bantahan darinya yang membuat Anda menjadi semakin marah dan sering kali tak tahan untuk tidak memukul. Anda tentu bertanya-tanya: mengapa anakku suka membantah?

Sebenarnya, tidak selamanya sifat suka membantah ini berasal dari kesalahannya semata, melainkan ada andil orangtua di dalamnya. Anak-anak hanya akan membantah orangtua yang terlalu banyak memaksakan kehendaknya sendiri alias otoriter, cerewet, terlalu banyak mengatur tanpa memberi anak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan pikirannya, juga orangtua yang ingin menang sendiri.




Mari kita koreksi diri kita sendiri sebagai orangtua: apakah ketika anak-anak melakukan kesalahan, kita memberikannya nasehat panjang lebar dengan memberikan argument-argumen dan logika-logika orang dewasa? Apakah kita menuntut anak-anak untuk melakukan apa yang kita inginkan? Apakah kita sudah memberinya kesempatan untuk bicara dan mengemukakan keinginan dan cita-citanya sendiri?

Sering kali kita melalaikannya bukan?

Anak-anak butuh dihargai perasaan-perasaannya, dimengerti dan dipahami pendapat-pendapatnya, dan dibesarkan hatinya. Kebutuhan ini sangat urgen pada masa kanak-kanak. Sebagai orangtua kita tidak boleh memperlakukan anak-anak sebagaimana kita memperlakukan orang dewasa. Cara penanganan anak-anak haruslah menggunakan cara “anak-anak”, bukan cara “orang dewasa”.

Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan ketika anak-anak mulai membantah dan menolak melakukan apa yang kita minta:

Pertama, beri dia kesempatan untuk bicara. Perhatikan apa yang disampaikannya, lalu berikan pengertian dengan lembut. Misalnya, adzan sudah berkumandang, namun ia tetap bertahan di depan game komputernya. Anda menegurnya untuk segera berwudhu dan pergi ke masjid. Anak Anda membantah dan menolak untuk bergegas ke masjid. Sebagian besar kita tentunya akan marah dan emosi, serta mengatakan : “kamu nggak dengar mama bilang apa tadi?!”. Coba bicaralah dengan lemah lembut tanpa nada marah kepadanya : “Sayangku, Allah sudah memanggil. Anak sholeh tentu ingin dapat pahala, kan? Ke masjid dulu, yuk! Gamenya kita lanjutkan lagi nanti…”

Kedua, jika ia tetap ngotot untuk membantah, maka berikanlah pilihan yang tidak disukainya. Misalnya, “Wah, ternyata game lebih penting ya, daripada panggilan Allah untuk sholat? Ya sudah, sekarang pilih deh, mau ke masjid, atau mama cabut kabel komputernya?”. Jangan sekali-kali memperturutkan anak dengan kemauan-kemauannya atau memberikan pilihan-pilihan yang disukainya. Mengapa? Karena anak bandel paling tidak suka diatur-atur. Dengan memberinya pilihan yang tidak disukainya, ia akan berusaha untuk tidak membantah Anda karena ia tidak ingin melakukan atau mendapatkan apa yang tidak disukainya.

Ketiga, konsisten dan berikan pilihan yang paling tidak enak yang tidak disukainya jika ia tetap membantah Anda. Ingat, jangan ulangi pilihan yang sama. Misalnya, jika ia tidak takut jika kabel komputernya Anda cabut, Anda harus konsisten dengan apa yang Anda katakan tadi. Dengan kata lain, benar-benar mencabut kabel tersebut. Jika Anda tidak melaksanakan apa yang Anda ucapkan, dia akan menganggap Anda remeh. Jika ia berusaha untuk menyambungkan kembali kabel yang Anda cabut, maka berikan pilihan: “Oke, terakhir, silakan pilih: pergi sholat dan mama masih memberimu kesempatan untuk bermain game setelahnya, atau mulai hari ini tidak ada game komputer lagi. Mama akan menjualnya dan tidak akan pernah mau membeli komputer lagi.”

Pada awalnya, anak-anak pastilah akan menggerutu. Tapi, selanjutnya, ia akan menentukan pilihan-pilihan yang terbaik baginya tanpa harus memilih sesuatu yang tidak enak karena membantah Anda.

Selain langkah-langkah tersebut, Anda pun harus mulai merubah pola mendidik anak yang selama ini Anda berlakukan. Ajari anak Anda untuk mau berpikir ke depan dan berlatih mandiri. Bagaimana caranya?

Jangan terlalu mendiktenya. Berikan pilihan-pilihan, selama hal itu memungkinkan. Dengan memberinya kesempatan untuk memilih, Anda berarti telah membantunya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dan berlatih mandiri. Anda juga telah membuatnya merasa dihargai. Dengan demikian, sikap-sikapnya yang suka membantah dan membangkang akan berangsur-angsur berkurang dan akan hilang jika dibiasakan seperti ini.

Berikan motivasi dan dukungan saat ia melakukan sebuah kebaikan atau berlaku sopan. Dengan demikian, ia akan berusaha untuk selalu tampil baik dan melakukan kebaikan-kebaikan yang lain.

Jangan menakut-nakuti anak dengan akibat buruk kecuali jika diperlukan. Sebab, setiap anak terdorong untuk mengetahui segalanya dan ingin mencoba segala sesuatunya. Maka berikanlah ia kesempatan untuk mencoba dan memacu kreativitasnya sendiri, sehingga akhirnya ia belajar sendiri akibat baik dan buruknya tentang segala sesuatu, juga terbiasa untuk berfikir panjang sebelum melakukan sesuatu.

Jika merasa perlu untuk menakut-nakuti anak dengan akibat buruk dari sebuah kejelekan, maka sampaikanlah dengan bahasa yang santun, nada kasihan, dan bukan dengan nada marah. Agar ia tergerak untuk meninggalkan sesuatu bukan karena jengkel pada Anda.

Latihlah anak-anak untuk bertanggungjawab terhadap apa yang telah ia lakukan. Misalnya, Anda merasa perlu untuk menghukumnya, maka jangan ragu-ragu menghukumnya dengan setimpal atas dasar cinta kasih.

http://pondokibu.com


Read More..